Senin, Juli 06, 2009

MANAJEMEN BERBASIS SASARAN: MBS - K3I

Peter F. Drucker memperkenalkan teori manajemen. Salah satu yang dikenal telah sangat mendunia adalah MBO (Management By Objectives), istilah yang apabila di’lokal’kan menjadi MBS (Manajemen Berbasis Sasaran).

MBS memiliki berbagai cara dalam mengartikulasikan pencapaian tujuan bisnis. Namun yang pasti termanifestasikan adalah bagaimana untuk ‘pasti untung’. Memang, apabila lebih diresapi, maka MBS memang tidak mau rugi. Oleh karenanya, landasan utama pola operasioanl MBS sudah tentu adalah mendapatkan manfaat seoptimal dan semaksimal mungkin dari sumber daya yang diinvestasikan (baca: dibeli, digunakan, dipekerjakan, dipelototi, diomeli, dimarahi, dicueki, diperbudak, atau dianiaya), dengan menekan biaya serendah mungkin, bahkan tanpa biaya. Atau apabila perlu, merendahkan arti MBS itu sendiri dengan mempraktekkan cara-cara yang rendah, tanpa etika, tanpa estetika, intelek tapi tak terpelajar, bahkan cenderung kurang ajar, tanpa sistem dan standar yang jelas, semuanya menjurus ke cara-cara semau gue yang ‘kampungan’; yang penting efisien. Pelanggaran komitmen tak masalah; yang penting efektif.

Dalam pengendalian personil profesional di dunia konsultan, dikenal pola radar intelijen K3I*) atau Kurir Kontrol Konsultan secara Intelijen. Caranya adalah cukup dengan mempekerjakan seorang Office-Boy yang setia-patuh-rajin-bahkan tolol, untuk selalu siap ‘pasang badan’. Office Boy seperti ini memiliki ciri-ciri: (i) pendiam di mata orang banyak, (ii) ringan tangan membantu orang lain, (iii) ber’telinga anjing’ yang tajam dan peka mendengar omongan orang, (iv) ber’mulut beo’ kepada Boss’ (melaporkan semua omongan orang kepada Boss), (v) cekatan dalam mencatat semua informasi baik dengan cara manual maupun melalui ‘Yahoo Messenger’, (vi) bermata ‘burung hantu’ (seperti tidur tapi ’tatapannya’ tajam, lirikan maut). Office Boy macam ini memiliki sifat MBA (= Manut Bapak Atasan). Dengan mempekerjakan OB sebagai operator K3I biaya manajer HRD akan jauh lebih murah, informasi jauh lebih cepat, lebih akurat serta menjangkau segenap jenjang personil lintas divisi.

(Catatan: *) K3I = adaptasi dari System radar Intelligence pasukan Yahudi Israel C3I Mossad, Control Combat Capture).

Namun risiko akan muncul apabila sistem operasi K3I oleh Office Boy (OB) telah mendapat perlawanan massal dari ‘para terduga, tercatat, tersangka, terlapor, dan/atau terkorban’ melalui laporan OB yang jahil dan tolol tadi, maka selanjutnya MBS yang diperoleh bukanlah Manajemen Berbasis Sasaran, melainkan ‘Makin Bikin Sebel’ ……. sebel, sebel, sebeel … seubeeeuulll !!!
Sebel bisa berarti dongkol – ‘gondok’. Sebel bisa berarti ‘selalu berlagak sok’. Sebel bisa ‘selalu beleghug’ (Sunda: beleghug=tolol dan ‘stubborn’). Sebel bisa ‘selalu belagak pilon’.
Sebel bisa timbul di hati menjadi iri-dengki. Sebel bisa menimbulkan paranoid yang menjurus kepada penyakit psikologis tertentu. Sebel bisa timbul di mulut menjadi aroma bau (bayangkan mulut bau yang seperti bau bangkai, mengerikan ….. hiii … menjijikkan !!!). Sebel bisa muncul di otak dan termanifestasi pula menjadi ‘norak’. Sebel bisa timbul di perut menjadi mulas. Satu lagi, sebel bisa timbul di anus menjadi ‘ambeien’.
Ada berbagai cara dan variasi pula dalam ‘Manajemen Sebel’ yang lahir dari (sering lahir bersamaan) MOB tadi (MOB=Manajemen Office Boy). Salah satu tempat ideal untuk manajemen sebel yang baik adalah di Toilet (karena meeting room tidak pernah menyediakan tempat untuk itu). Toilet memang terasa convenience, comfort, sunyi, tempat menyendiri, menimang-nimang dan merenungkan perilaku diri, tanpa ditemani siapapun, kecuali oleh kutu air dan kecoak.
Dan hasil akhirnya adalah ..... L e g a ....... !

Solusi ?
Ya, selalu muncul pertanyaan, kalau anda menganggap sesuatu adalah permasalahan, lalu bagaimana solusinya ??
(To be ... C.O.N.T.I.N.U.E.D)