Selasa, Januari 20, 2009

JEMBALANG

Mistik.
Kalau memang dunia tak kasat mata itu ada dan tiba-tiba menjadi kasat mata, maka bayangkanlah kita hidup bersama semua makhluk dengan berbagai bentuk, beraktivitas di sekitar kita.
Excited. Mungkin mengerikan, mungkin pula menyenangkan. Pergaulan dan pertemanan akan menjadi bervariasi. Hidup bersama dan saling bertatapan setiap saat dengan jin demit, peri, kuntilanak, pocong, genderuwo, tuyul, babi ngepet, dan entah apa lagi istilah dan model makhluknya. Berbelanja bersama kuntilanak, bekerja di kantor dengan pocong, kuliah atau bersekolah dengan sundel bolong atau piknik dengan tuyul. (Stop membaca ini !! Bayangkan dulu kehidupan seperti itu sekarang sedang terjadi dihadapan anda..... ! Sudah dibayangkan?).

Berikutnya.
Tapi manusia memang serba multi: multi ras, multi kultur, multi orientasi, multi 'curiousity', multi kelakuan. Dan karena ke'multi'annya itulah, maka yang terjadi - tanpa perlu kasat mata tentunya - ternyata eksistensi sosialisasi antar dunia kasat dan tak kasat mata memang ada. Bahkan semakin lama menjadi semakin marak, modis, 'ngetrend' dengan berbagai gaya dan cara untuk mempraktekkan kultur yang sudah mendarahdaging sejak zaman animisme atau mungkin era ras-cro-magnon dan homo soloensis.
Di angka ke 21 perhitungan abad masehi ini, paham globalisasi memang semakin meluas sampai ke dunia mistik. Opo tumon?

Tak ada yang dapat menyangkal bahwa paham global dunia kasat dan tidak kasat mata sudah merambah dalam lingkup keseharian kita, dihantarkan dengan segala cara dan rasa percaya dirinya dan dengan superioritas penyamarannya sehingga tak jelas lagi bagian-bagian mana yang dapat ditolerir atau seharusnya tidak diterima sama sekali. Mulai dari yang muda sampai ke yang tua, dari miskin sampai ke kelompok kaya, oleh lelaki dan perempuan, kuli sampai ke shareholder, rupanya globalisasi dunia jembalang yang satu ini termasuk yang paling di'reken' meski tidak keren. Tidak keren karena memang tidak ada teori khusus yang dipelajari dan diterima secara official dalam memasyarakatkannya, karena tidak jelas pengembangannya, karena tidak ada keserasian dengan ilmu science dan technology yang mampu membuktikan validitasnya.
Tetapi, mengapa di'reken' ..............................???
(Capek..... nanti disambung kalau lagi semangat, dan luncurannya di "Jembalang Sudah Menang Angka". Asal sabar nunggunya, karena sementara ini edisi ini memang bersifat non periodik alias suka-suka. Sorryyy....yyyy banget !!!).