Rabu, Desember 24, 2008

Tim adalah Sekujur Batang Tubuh

Tim itu seperti sekujur batang tubuh.
Semua akan mengangguk setuju dengan idiom ini.
Seperti tubuh yang selalu bergerak dalam perjalanan menuju suatu tempat, maka tim juga harus terus bergerak untuk mencapai tujuan.
Kepala diatas, badan dan tangan ditengah, kaki mestilah dibawah.
Kodratnya gerak adalah perubahan, diawali pijakan kaki – melangkah-, tangan akan ikut mengimbangi, kepala terangguk kadang sedikit menggeleng, dada mungkin pula membusung dan beberapa bagian tubuh lainnya seperti tak betah bertahan di tempatnya semula, mata yang melihat – menatap - melirik, hidungpun menghirup aroma yang dilewati, telinga mendengarkan bahkan bibir akan berkomat-kamit ketika telepon selular ikut menemani perjalanan. Semua berperan. Peran yang terlihat.
Bahkan seandainya tubuh ini tidak lengkap, gerak harus tetap ada sebelum sampai kepada tujuan.

Maka Tim haruslah sehat. Karena sehat tubuh adalah penentu tercapainya tujuan perjalanan. Sakit dimanapun tentu akan menjadi penghambat. Seyogyanya batang tubuh terjaga, terpelihara, kokoh dan kuat, agar akhir tujuan perjalanan dapat tercapai.
Maka apabila bagian-bagian tubuh ini sakit atau berpenyakit, perjalanan tubuh ini akan terhambat, terlambat dan bahkan tak dapat dipastikan mencapai tujuannya.
Sama halnya dengan Tim, kerapuhan dan kerusakannya seperti tulang yang terjangkit osteoporosis dan akhirnya lumpuh tak mampu meneruskan perjalanan. Tulang memang sering terlupakan, mungkin karena tak terlihat secara kasat mata, tak terlihat oleh kita sama seperti pembungkusnya, daging dan otot. Tulang, daging dan otot memang sering ikut terlupakan ketika kenikmatan perut sudah tercapai di tengah perjalanan. Mungkin karena tak terlihat, maka Tim sering pula tidak memperhatikan, tak memelihara bahkan melupakan perlunya memelihara bagian-bagian yang tak menunjukkan perannya, tak terlihat seperti tulang, daging dan otot. Lambat laun tulangpun keropos.

Tajamkan lagi penglihatan dan rasa. Maka kulit tak pelak lagi sebenarnya ikut menentukan tercapainya tujuan perjalanan, dan itupun sering terlupakan. Kulit yang begitu mudah terlihat, sering ikut terlupakan sebagai bagian dari tubuh yang ikut bergerak. Ketika perjalanan yang berat menyebabkan kulit menjadi terluka, mengelupas atau borok mengadas, barulah tubuh menyadari bahwa perjalanan harus terhenti karena perih luka sudah tak tertahankan, parah.


Ada dan memang sering terjadi, sebuah tim terlena dalam proses yang ‘seolah’ sudah terbentuk solid, sehingga terlupa dan tak peduli dengan bagian-bagian yang tak terlihat maupun terlihat tetapi tak dirasa signifikan dalam peran. Seperti sebuah gambaran borok tadi, maka seharusnyalah ‘kepala tubuh’ Tim memberi nilai dan perlakuan yang tetap, jelas dan lugas pada setiap unsur yang melekat dalam Tim, dimana dan apa yang harus diperbaiki, diobati, ditambah, dipoles atau dikurangi, diangkat atau ditinggalkan, dibuka atau mungkin ditutupi. Tugas manajemen yang tak perlu diajarkan dan diarahkan lagi. Sehingga bagian-bagian yang memang tertutup dapat tetap berperan mutlak mendukung tercapainya tujuan perjalanan Tim. Mutlak karena berapapun besar peranannya harus disetujui sebagai faktor penentu. Yang tertutup tetap tertutup dalam peranannya. Yang harus ditutupi, maka cari dan peliharalah penutupnya. Karena ketika retsluiting yang menjadi satu dari sekian penutup batang tubuh ini, tiba-tiba rusak dan memelorotkan celana yang dipakai di perjalanan, maka yang terjadi kemudian adalah sebuah pameran ‘kemaluan’ sang empunya batang tubuh, Tim.

Maka berhati-hatilah.